Selamat datang di blog saya Get Gifs at CodemySpace.com

Hyuna (4minute) - Bubble Pop! Mp3
Musicaddict.com

Kamis, 16 Februari 2012

Siklus Belajar

A.     Perkembangan Siklus Belajar
semula siklus belajar ini dikembangkan sebagai penuntun umum dalam praktik mengajar dengan tujuan untuk mengembangkan konsep-konsep biologi tertentu dan ketrampilan bernalar. Kemudian, disarankan untuk mengembangkan model siklus belajar semula menjadi tiga macam siklus belajar.
1.      Miskonsepsi dan pola penalaran
Dalam penelitian tentang miskonsepsi, digunakan penalaran kombinasional, penalran mengendalikan variabel, penalaran probabilistik, dan penalaran korelasional secara “hipotesis-deduktif logis”. Di ajukan hipotesisi bahwa para siswa yang telah memiliki pola pola pembelajaran ini diharapkan mempunyai lebih sedikit miskonsepsi daripada mereka yang tidak memilikinya. Penelitian oleh Lawson dan Thompson (1986) menemukan bahwa dugaan itu memang benar.
2.      Proses perubahan konseptual
Pembelajaran yang mengajak siswa untuk membuang miskonsepsi dengan menggantinya dengan konsepsi ilmiah yang berlaku merupakan proses perubahan konseptual dan ternyata keberhasilan bergantung pada pola-pola penalaran siswa. Didalam proses penghilangan atau pembuangan miskonsepsi ini dengan menggunakan alternatif-alternatif yang lebih kompleks yang melibatkan proses mental “ ekuilibrasi” dan pola penalran yang tercermin dalam bentuk argumen yang dikeluarkan oleh siswa tersebut.

B.     Pembelajaran  dan Siklus Belajar
Hipotesis pokok pembelajaran ialah pengguanaan siklus belajar yang tepat memberi kesempatan pada para siswa untuk mengengkapkan konsepsi sebelumnya dan kesempatan untuk berdebat dan menguji konsepsi ini sehingga tidak hanya dapat memberikan kemajuan dalam pengetahuan konseptual siswa, melainkan juga meningkatkan kesadaran akan kemampuan untuk menggunakan pola penalaran yang terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual itu.
Fase- fase siklus belajar
a)      Fase ekplorasi
Siswa belajar melalui tindakan-tindakan dan reaksi-reaksi mereka sendiri dalam suatu situasi baru. Hal ini memberi kesempatan pada mereka untuk menyarankan gagasan yang bertentangan yang dapat menimbulkan perdebatan dan analisis alasan-alasan untuk gagasan mereka dan mengekplorasikannya.
b)      Fase pengenalan istilah
Para siswa hendaknya diajurkan untuk mengidentidikasi sebanyak mungkin pola – pola baru sebelum di utarakan keseluruh kelas (tidak realistis untuk mengharapkan para siswa untuk menemukan semua pola).



c)      Fase aplikasi konsep
Fase ini diperlukan oleh siswa untuk mengenal pola dan memisahkannyya dari konteks kongkret dan atau menggeneralisasikannya pada konteks yang lain. Jadi, tanpa sejumlah dan berbagai aplikasi, pola itu belum dapat dikenal atau keadaan umumnya dapat terbatas pada konteks yang digunakan selama defenisinya.

C.     Tiga Macam Siklus Belajar

1.      Siklus Belajar Deskritif
Dalam siklus belajar ini disebut deskriptif sebab para siswa dan guru hanya menguraikan apa yang mereka amati, tanpa usaha menyusun hipotesis untuk menerangkan pengamatan-pengamatan mereka. Dan siswa dituntut untuk menemukan serta menggambarkan suatu pola empiris damalm mangeksplorasi pengamatannya tersebut.
2.      Siklus belajar empiris-induktif
Para siswa dituntut untuk menemukan serta menggambarkan suatu pola empiris dalam konteks khusus, tetapi mereka melanjutkan dengan memberikan sebab – sebab yang memungkinkan pola itu. Dengan bimbingan guru kemudian para siswa menyaring data yang telah dikumpulkan dan mengobservasi dengan cara deskriptif yang menghasilkan data observasi dengan diuji melalui pola sebab dan akibat.
3.      Siklus Belajar hipotesis- deduktif
Siklus belajar ini dimulai dengan suatu pertanyaan sebab dan para siswa diminta untuk menyusun jawaban yang mungkin (hipotesis). Kemudian para siswa diminta untuk menurunkan konsekuensi logis hipotesis-hipotesis ini, secara eksplisit merencanakan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis itu (eksplorasi). Analisis hasil-hasil eksperimen dapat menolak beberapa hipotesis, yang lain diterima, dan istilah-istilah diperkenalkan (pengenalan istilah). Akhirnya konsep-konsep yang relevan dan pola-pola penalaran yang terlibat dan diskusikan dapat dikemudian hari diterapkan dalam situasi-situasi aplikasi konsep.


D.    Siklus Dalam Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Sebagaimana telah diketahui bahwa PTK terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah :
Siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi dan perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya bagian yang diubah atau dimodifikasi melalui PTK, bukan seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan dalam PTK yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum berubah.
Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak penggunaan karta. Dalam “perencanaan” yang Anda uraikan adalah tentang karta itu saja, misalnya “Tiap pertemuan diusahakan akan ada karta yang digunakan dalam kelas.” Dalam “pelaksanaan” Anda uraikan kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan karta, misalnya “Penggunaan karta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu karta tiap empat pertemuan.” Anda tentu saja dapat mengolaborasi “pelaksanaan” itu dengan menyebutkan karta-karta apa saja yang digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana disimpan, dsb. “Pengamatan” didominasi oleh data-data hasil pengukuran terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah disiapkan. “Refleksi” berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Perlakuan pada siklus berikutnya (yang satu) harus berbeda secara jelas dari siklus sebelumnya (yang lain). Jika yang berbeda hanya topik, sementara perlakuannya masih sama, berarti siklus itu masih sama, tak dapat dinamakan siklus baru. Siklus akan terus dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai masalah terpecahkan.
Dalam PTK selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang terjadi.
a.       Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui PTK, dan sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di bawah standar.
b.      Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat cukup (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu badan pasien menunjukkan angka 37,50 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50 C; 37,50 C; berarti data itu sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa kondisi pasien telah kembali normal. Namun data itu masih perlu dilengkapi dengan data lain yang relevan, seperti perilaku, nafsu makan, dan denyut nadi pasien, yang menunjukkan bukti cukup selama seminggu. Mengkonfirmasi data menggunakan lebih dari satu sumber disebut triangulasi.
c.       Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar